Selasa, 11 Oktober 2011

POTENSI DAERAH TERHADAP TEGAKNYA INDONESIA

POTENSI DAERAH TERHADAP TEGAKNYA  INDONESIA
( SEBUAH STRATEGI MEMBANGUN BANGSA )

Oleh : Muh. Irham Roihan*

Maju mundurnya suatu bangsa akan sangat banyak dipengaruhi oleh siapakah pemegang kekuasaan pada saat ini. Mengelola bangsa sebesar indonesia tidaklah mudah. Butuh tenaga, fikiran, serta ruh ekstra untuk mengurusnya.  Siapapun pemimpinnya pastilah akan menghadapi tantangan berat.  Persoalan segudang, Wilayah luas dari sabang hingga merauke dan beragam suku budaya menjadikan Indonesia sebagai negara besar yang kompleks. Tetapi, itu semua tak berarti bahwa kompleksitas itu tak bisa disederhanakan untuk di urai dan di atasi . Diperlukan pengetahuan serta pemahaman tentang pengalaman orang-orang yang berhasil dalam menjalankan pemerintahan yang cakupannya besar layaknya Umar bin Khattab Ra.
Untuk mendapatkan hasil luar biasa, perlu cara yang tak biasa. Inilah nasehat bijak yang sering kita dengar. Dan Umar pun mempraktekkan strategi tersebut. Cara ‘tak biasa yang dilakukan Umar pada masa pemerintahannya adalah menata pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen (diwan) yang sebelumnya tak pernah ada, Cara yang tak biasa inilah yang kita perlukan untuk mengurai persoalan  bangsa. Dengan bangsa sebesar indonesia ini, Presiden sebaiknya mulai fokus memikirkan bagaimana memajukan daerah. Pandangan jakarta sentris harus di kesampingkan. Saat ini hampir  semua masalah  bangsa ingin diselesaikan pemerintah pusat.

BELAJAR DARI DAERAH

Pertanyaannya : Apa pemerintah pusat mampu? Lebih dari 503 kabupaten. Jumlah yang tak sedikit. Apa bisa tertangani? Kenapa tak menggunakan pola baru dengan belajar dari suksesnya beberapa daerah membangun daerah  masing-masing.


Sama halnya dengan manusia, setiap daerah punya karakteristik, masalah dan potensi yang berbeda. Kepala daerah mestinya tahu persis apa masalah di daerahnya sekaligus potensi yang dimilikinya. Memang betul bahwa tak semua kepala daerah mumpuni. Tak semua cakap memimpin. Banyak juga kepala daerah yang  masih berorientasi hanya pada kekuasaan  dan kekayaan daripada pelayanan untuk kemaslahatan masyarakatnya.
Namun, itu tak berarti bahwa kita tak punya pemimpin bagus. Tak sedikit kepala daerah yang bervisi membangun daerahnya. Sebut saja mantan bupati Lamongan Masfuk, Walikota Yogyakarta  Hery Zudianto, Bupati Jembrana I Gede Winasa, atau walikota solo Joko Widodo.
Para pemimpin daerah itu sukses menjadikan daerahnya maju karena menggunakan cara-cara tak biasa. Mulai dengan gaya kewirausahaan: memimpin daerah seperti layaknya memimpin perusahaan yang menekankan aspek pelayanan hingga penerapan teknologi informasi garda depan, yang  pemerintahan Jakarta pun belum menerapkannya.
Para pemimpin daerah itu sering menyederhanakan birokrasi yang kerap menghambat dalam membuat keputusan. Mereka pemimpin yang egaliter dan tak berjarak dengan siapa saja., termasuk dengan rakyatnya. Tak alergi menerima masukan sekaligus kecaman. Mereka bergerak sendiri-sendiri tanpa banyak bergantung kepada pemerintah pusat. Inisiasi yang inovatif serta keberanian dalam pengambilan keputusan merupakan 2 hal yang dimiliki oleh para pemimpin daerah tersebut. Berbeda halnya dengan Presiden SBY yang terkesan skeptis. Mereka menemukan potensi daerahnya, menerapkan tata kelola pemerintahan yang bagus, dan berhasil menjual daerahnya jadi tujuan investor. Mereka totalitas dalam  membangun daerah demi meningkatkan kesejahteraan penduduknya sehingga -ketika mereka ikut maju lagi pada pemilihan kepala daerah berikutnya-  rata-rata menang mutlak  meraih suara mayoritas. Ini pertanda bahwa masyarakat puas dengan kepemimpinannya: daerah lebih maju dan lebih baik.
Suksesnya para kepala daerah memajukan daerahnya bisa jadi inspirasi buat presiden dalam membangun bangsa ini. Pendekatan pembangunan yang selama ini dari pusat ke daerah bisa di ubah sebaliknya: pembangunan di mulai dari daerah. Kalau daerah mulai banyak  yang makmur, bangsa ini pelan tapi pasti akan menjadi bangsa yang lebih maju. Amiin.
TIM PRESIDEN
            Presiden bersama timnya bisa mengawali pendekatan diatas ( Model Pembangunan dari Daerah ) dengan mengumpulkan para Kepala daerah di sekitar kabupaten atau kotamadya yang berhasil. Misalnya, Presiden mengundang para kepala daerah disekitar kabupaten Lamongan. Kemudian presiden minta Pak Masfuk sebagai mantan bupati lamongan presentasi tentang pembangunan lamongan : apa kunci suksesnya?
            Kepala daerah yang lain bisa belajar dari sukses dan gagalnya Pak Masfuk dalam mengembangkan Kabupaten Lamongan.  Kemudian, Presiden minta kepala daerah lain yang hadir dalam forum tersebut membuat prioritas program kerja masing-masing. Yang tak kalah penting, kepala daerah yang lain juga  jangan malu-malu belajar dan bertanya kepada daerah yang berhasil.
            Selanjutnya, hal yang sama bisa dilakukan dengan para kepala daerah disekitar kabupaten Jembrana. Presiden mengundang mereka melihat presentasi Keberhasilan pak professor I Gede Winasa dalam memajukan kabupaten Jembrana. Demikian selanjutnya, Pola seperti ini bisa di duplikasi dan dilakukan terhadap daerah yang lain, seperti solo, Yogyakarta, maupin daerah-daerah yang lain.
            Tim yang presiden bentuk bisa memantau perkembangan pembangunan dari setiap daerah  setelah pertemuan tersebut. Bila presiden fokus dengan pola pendekatan Model Pembangunan dari Daerah ini dalam sisa masa jabatannya, tentu itu akan membawa dampak luar biasa terhadap kemajuan daerah. “Bila daerah maju, beban pemerintah pusat (negara) mengatasi masalah akan terkurangi secara signifikan.”
            Cara sederhana seperti ini mungkin tak di anggap canggih oleh para intelektual atau ekonom lulusan luar negeri. Namun, cara sederhana ini telah terbukti memajukan daerah seperti  Lamongan, solo, maupun yogyakarta.
            Pertanyaannya lagi, kenapa kita mesti susah-susah mencari contoh praktis kalau beberapa kabupaten atau kotamadya ternyata berhasil mengatasi masalah didaerahnya sendiri dengan cara cerdas dan bijak. Cara sederhana yang tak biasa untuk hasil luar biasa itu ternyata sudah dilakukan para pemimpin daerah. Tak perlu malu kita belajar dari kearifan mereka.
            Sebagian tulisan ini juga mengutip dari ; Tulisan pa soetrisno bachir yang merupakan Pendiri yayasan solusi bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar