Kamis, 13 Oktober 2011

PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM DI NEGERI TERCINTA : INDONESIA


BAB  I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam di Indonesia merupakan unsur mayoritas. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) jumlah, Penduduk Indonesia pada tahun 2011 telah bertambah menjadi 241 juta jiwa lebih, berarti bila di perkirakan penduduk muslim Indonesia yang menganut agama Islam adalah lebih dari setengahnya.Dalam tataran dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial kenegaraan.
Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami alur perjalanan sejarah hukum Islam di tengah-tengah komunitas Islam terbesar di dunia itu.  Pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa jauh pengaruh kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam di Tanah Air ? Maka dapat dijawab dengan memaparkan sejarah hukum Islam sejak komunitas muslim hadir di Indonesia. Di samping itu, kajian tentang sejarah hukum Islam di Indonesia juga dapat dijadikan sebagai salah satu pijakan bagi umat Islam secara khusus untuk menentukan strategi yang tepat di masa depan dalam mendekatkan dan “mengakrabkan” bangsa ini dengan hukum Islam. Bukan sesuatu hal yang mustahil bila hukum Islam berabad-abad kemudian menjadi asas Negara Indonesia.
Proses sejarah hukum Islam yang diwarnai “benturan” dengan tradisi yang sebelumnya berlaku dan juga dengan kebijakan-kebijakan politik-kenegaraan, serta tindakan-tindakan yang diambil oleh para tokoh Islam Indonesia terdahulu setidaknya dapat menjadi bahan telaah penting di masa datang. Setidaknya, sejarah itu menunjukkan bahwa proses Islamisasi sebuah masyarakat bukanlah proses yang dapat selesai seketika. Butuh waktu yang panjang untuk merealisasikan harapan umat muslim ini.

Rabu, 12 Oktober 2011

Bersama Takmir Masjid Al-Azhar FH UII, Sebuah Catatan Usang

16 Januari 2011, 13.50 Waktu Pondok Ash-Habul Kahfi UII.

After spending time in Sundak Beach.

Alhamdulillah.. udah nyampe asrama...  Waktu memang berjalan begitu cepatnya. Pesawat Sukhoi pun kalah, bahkan dengan kecepatan suara kita, tetep aja waktu yang lebih cepat. Kemarin berangkat dari kampus perjuangan  jam 3 sore, tentunya bareng Keluarga besar Takmir Al-Azhar. Keluarga q yang takkan pernah mati..  Gerakan yang lebih berasas kekeluargaan.. Seneng bisa bergabung dengan takmir. ^^
Nah... Kebetulan q barengan ma mas agus f. Sandi, yah..bisa di bilang kordinatornya lah.. ^^. Awalnya sempet ada kendala sih... tapi tetap berjalan lancar. Nelpon sana sini, ngecek kemana-kemari,, hanya untuk memastikan ga ada yang ketinggalan dari rombongan.. Susah juga ya...

Selasa, 11 Oktober 2011

POTENSI DAERAH TERHADAP TEGAKNYA INDONESIA

POTENSI DAERAH TERHADAP TEGAKNYA  INDONESIA
( SEBUAH STRATEGI MEMBANGUN BANGSA )

Oleh : Muh. Irham Roihan*

Maju mundurnya suatu bangsa akan sangat banyak dipengaruhi oleh siapakah pemegang kekuasaan pada saat ini. Mengelola bangsa sebesar indonesia tidaklah mudah. Butuh tenaga, fikiran, serta ruh ekstra untuk mengurusnya.  Siapapun pemimpinnya pastilah akan menghadapi tantangan berat.  Persoalan segudang, Wilayah luas dari sabang hingga merauke dan beragam suku budaya menjadikan Indonesia sebagai negara besar yang kompleks. Tetapi, itu semua tak berarti bahwa kompleksitas itu tak bisa disederhanakan untuk di urai dan di atasi . Diperlukan pengetahuan serta pemahaman tentang pengalaman orang-orang yang berhasil dalam menjalankan pemerintahan yang cakupannya besar layaknya Umar bin Khattab Ra.
Untuk mendapatkan hasil luar biasa, perlu cara yang tak biasa. Inilah nasehat bijak yang sering kita dengar. Dan Umar pun mempraktekkan strategi tersebut. Cara ‘tak biasa yang dilakukan Umar pada masa pemerintahannya adalah menata pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen (diwan) yang sebelumnya tak pernah ada, Cara yang tak biasa inilah yang kita perlukan untuk mengurai persoalan  bangsa. Dengan bangsa sebesar indonesia ini, Presiden sebaiknya mulai fokus memikirkan bagaimana memajukan daerah. Pandangan jakarta sentris harus di kesampingkan. Saat ini hampir  semua masalah  bangsa ingin diselesaikan pemerintah pusat.

BELAJAR DARI DAERAH

Pertanyaannya : Apa pemerintah pusat mampu? Lebih dari 503 kabupaten. Jumlah yang tak sedikit. Apa bisa tertangani? Kenapa tak menggunakan pola baru dengan belajar dari suksesnya beberapa daerah membangun daerah  masing-masing.